Minggu, 15 April 2012

Dimana DIA (Nya) atau ENGKAU (Mu)


Mengapa setelah Kususuri lorong-lorong indah dan keruh, tetap saja ku tak menemukanNya. Kusimpuhkan raga ini di hadapanNya setidaknya lima kali dalam sehari, kubuka manuskrip kalam agungNya dan mencoba meresapi pesan-pesan transendenNya, kusengaja perut ini kosong untuk meletihkan diri dan memelas padanya, setidaknya empat jam dalam 24 jam hidupku dalam dua tahun ini kupasrahkan jalanku padaNya, sedikit banyak untaian wirid pagi dan sore membasahi bibir ini meskipun kadang tak istiqomah, kugerakkan kepalaku berisyarat tidak ada selainNya saat lailahaillallah” sebagai wujud ketundukan makhluk, gelaran sajadah panjang bumiNya pun tak mau menunjukkanku padaNya. Dan sebaliknya. Imaji kotorku berkelindan saat melihat makhluk terindahNya, ucapan-ucapan kotor sebagai kesengajaan saraf otak kananku, regukan asap kotor nikotin yang merusak kredibiltas dan konsentrasiku, hembusan kentut panjang dan intens yang membuat jengkel sahabat2ku, kegemaranku berdusta padaNya dan makhlukNya, Kata-kataku “ku kan berguru pada syetan” pun tak kuasa menuntunku pada samudra keindahanNya. Akupun mencarinya dalam lembah kegelapan dosaku berharap menemukanNya. Dari semua itu “MENGAPA KU BELUM MENEMUKANNYA?”
Apakah karena aku masih menyebutNya dengan “NYA”?
Bagaimana jika kusebut DIA mulai sekarang dengan “ENGKAU”