Kamis, 12 Januari 2012

TINGKATAN IBADAH SEORANG MUSLIM by al Ghazali


  1. IBADAH ALA SABILIL KHOUF : Ibadah seorang muslim dengan tendensi takut kepada Allah. Takut sebab dosa yang telah diperbuat, takut dijatuhi adzab oleh Allah jika tidak melaksanakan perintahnya.
  2. IBADAH ALA SABILIR ROJA’ : Ibadah seorang muslim yang tidak lagi karena takut, karena dia tidak melakukan dosa, baik kecil maupun besar. Ibadah pada tingkatan ini didasarkan pada pengharapan seorang hamba pada sesuatu yang ia inginkan pada Tuhannya.
  3. IBADAH ALA SABILIL KHUB : Pada tataran ini seorang hamba beribadah dengan tendensi cinta. Hamba tersebut tidak lagi takut jika tidak melaksanakan atau beribadah karena mengharap upah, tetapi dia beribadah secara totalitas karena cinta, cinta untuk kekasihnya Allah SWT. Seorang hamba pada tataran ini beribadah karena mengharapkan ridhoNya.

Rabu, 11 Januari 2012

BIAR SEMUA MAHLUK DI BLOGSPOT TAU KALO AKU BERHASIL ATAU GAGAL DENGAN DEADLINE INI

Minggu, 08 Januari 2012

MERENUNGI ISTILAH BERSANDAR


Bersandar pada tubuh yang kuat akan semakin menguatkan yang disandari. tetapi bagi pesandar, hal sebaliknya yang akan didapati jika terlalu lama bersandar. Semua hal yang menggantung akan ikut pada pokok yang digantunginya. Seperti tunas pisang yang menyatu pada induk, dia kuat karena bersatu. Tapi persatuan itu terdiri dari satu pokok yang kuat dan besar dan dikelilingi tunas-tunas kecil sebagai gantungan dari tunas besar yang pertama kali tumbuh. Telah menjadi hukum alam, jika ingin kuat maka melepaslah diri dari tempat yang selama ini kau anggap nyaman. Berjuang, babat alas dalam istilah jawa. Menjadi orang pertama yang mengusung idealitas untuk kebaikan anak cucu. Jadi, tak selamanya lepas itu jelek dan lengket itu baik. Logika di atas, disampaikan oleh KH. Marzuki Mustamar dalam bahasan bagaimana baiknya sebuah kerajaan berkembang dari masa ke masa. Beliau juga menggunakan logika yang sama dalam bahasan sebuah pesantren yang sudah banyak ning nang ning gusnya.


Ternyata menuju puncak itu tak semudah yang aku kira. Hambatan dan rintangan baik dari luar maupun dalam seperti menggelitik keteguhan niat kita untuk sampai pada puncak kejayaan.
Seperti saat ini, aku berpikir “tak ada puncak bagi pengejar impian kesuksesan, karena dia tidak akan puas dengan ketinggian puncak yang ia akan dan telah кapai. Dia akan terus mendaki dan mendaki.” Seperti ungkapan orang, “ di atas langit masih ada лаngit, dia akan terus naik mengejar sesuatu yang menurutnya layak untuk dikejar”.
Dan bagiku tiada puncak kesuksesan, kesuksesan yang ада hanya sebuah anak tangga dari kesuksesan-kesuksesan berikutnya. Dan saat seseorang cukup puas dengan kesuksesan yang dia capai, sejatinya saat itu dia telah berhenti sukses. Бердям pada tingkatan paling maksimal menurutnya. Jika seperti ini yang terjadi hanya ada dua pilihan baginya, bertahan dengan stagnant di level tersebut atau malah turun. Berbeda dengan mereka янг optimis dalam melihat masa depan.
Adakalanya orang yang berpandangan futuris terus mendaki валau sudut elevasi tanjakan mencapai 60 derajat, dia  orang yang kuat dan bertemu dengan кесempatan yang tepat. Adakalanya seseorang berdiam agak lama pada level akhir yang телах dia capai, bukan puas, tapi dia menganggap memang diam saat itu yang terbaik baginya. Dan adakalanya seseorang futuris turun tangga, untuk mengambil apa yang kurang  dari lampauan-лампаuan kesuksesan yang selama ini dia capai. Peribahasa mengatakan “mundur satu dua langkah untuk maju seribu langkah”.