Senin, 02 Mei 2011

WANITA DALAM BUNGA RAMPAI


Hakekat Wanita
Kita mengenal manusia, juga wanita dengan dunianya yang khas, dengan segala tingkah lakunya. Dunia wanita mempunyai skema dasar dan struktur dasar tetentu dari tingkah lakunya. Dunia wanita itu menampilkan diri sebagai dunia “yang memelihara”. Sedang dunia laki-laki lebih banyak dicirikan dengan dunia kerja, penaklukan, ekspansi, dan agresivitas. Jelas tampak ciri-ciri jasmaniah wanita itu sangat berbeda dengan kaum pria. Perbedaan secara anatomis dan fisiologis menyebabkan perbedaan pula pada pola tingkah laku wanita dan struktur aktivitas laki-laki. Karena perbedaan tersebut timbul juga perbedaan isi dan bentuk dari tingkah lakunya, dan timbul perbedaan juga dalam kemampuan selektif terhadap kegiatan-kegiatan yang intensional, yang bertujuan dan terarah, sesuai dengan kodrat wanita. Perbedaan fisiologis yang alami sejak lahir, pada umumnya kemudian diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat dan pengaruh-pengaruh pendidikan. Pengaruh kultural dan pedagogis itu diarahkan pada perkembangan pribadi wanita menurut satu pola hidup dan satu ide tertentu. Perkembangan tadi sebagian disesuaikan dengan bakat dan kemampuan wanita dan sebagian lagi disesuaikan dengan pendapat-pendapat umum atau tradisi menurut kriteria-kriteria feministis tertentu. Oleh karena bentuk jasmani wanita itu berbeda dengan bentuk badan pria, maka eksistensi dan sifat-sifat kewanitaanpun berbeda dengan keberadaan dan sifat-sifat laki-laki. Perbedaan-perbedaan ini akan tetap ada, walaupun struktur-struktur sosial di dunia dan norma-norma tradisional berubah.
Eksistensi wanita tadi mencakup cara keberadaan jasmani dan rohaninya, termasuk cara wanita menghayati dan menyadari hakikat dirinya dan makna pribadinya, yaitu antara lain memahami relasi dirinya dengan dunia sekitar dengan segala isinya, dan dengan sesama manusia. Jelasnya, cara menghayati keadaan dirinya di dunia dengan segala aspeknya.
Hakekat wanita hanya bisa berkembang di dalam kontak dengan “aku-yang-lainnya”. Jadi wanita adalah pribadi sosial, yaitu pribadi psikofisik yang memerlukan antar relasi jasmaniah dan psikis dengan manusia lain. Wanita juga ingin dicintai, ingin dihargai, dan ingin diakui, ingin dihitung dan mendapatkan status dalam kelompoknya. Maka hanya dalam komunikasi dengan “aku” lain wanita bisa berkembang dan melengkapi dirinya. Sehubungan dengan hal-hal ini wanita yang selalu mengkonsentrasikan diri pada dirinya sendiri tidak akan bisa berkembang. Sebab dirinya merupakan satu sistem yang tertutup, kaku beku yang tak mampu berkembang, lagi pula penyerahan dirinya terganggu. Biasanya dia menjadi neurotis dan sangat egosentris: atau merupakan wanita yang singulir, psikis kesepian, dan abnormal.
Maka pembentukan diri bagi wanita yang paling subur dan paling kaya ialah dengan jalan: mau membuka diri sendiri bagi yang lain, dan berusaha untuk membahagiakan orang lain. Sebagai tujuan final hidupnya ialah tidak terlampau mementingkan diri sendiri, dan ikut memikirkan kebahagiaan orang lain. Dengan begitu perkembangan hidupnya akan menjadi subur, dan kepribadiannya jadi semakin matang.
Hakekat dari kehidupan sosial atau hidup bersama adalah: manusia itu tumbuh jadi dewasa dan masak hanya dalam ruang interpersonal. Dengan pola-pola dasar tertentu orang lalu menciptakan macam-macam bentuk keluarga, masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat dagang, dan lain-lain. Semua itu dapat disebut pula sebagai ruang-ruang psikologis, ruang psikofisis, dan ruang-ruang sosial. Dalam pengalaman hidup bersama ditengah macam-macam ruang interpersonal, wanita bisa menjadi dewasa. Dalam ruang interpersonal ini, sepanjang hidupnya wanita akan mencari arti dirinya dan makna upaya membangun dirinya. Maka untuk bisa melaksanakan diri sebagai “aku” dan sebagai realita di dunia, “aku”-nya baru bisa berarti bila ia merasa bahwa dirinya bermakna atau berarti.
Wanita memiliki macam-macam bakat dan potensi untuk merealisasikan diri sepanjang hidup. Selanjutnya ia selalu memperjuangkan eksistensi dirinya secara khusus manusiawi. Dalam keberadaannya di dunia, ia mempunyai hubungan-hubungan tertentu dengan realitas. Wanita juga mempunyai intelektuakitas dan kemampuan penghayatan sehingga wanita mampu menyusun ideal-ideal, dan merencanakan proyek tertentu dalam kehidupannya, mengarah pada tujuan-tujuan jauh. Karena itu wanita juga dinamis sifatnya. Dia ingin terus maju, tumbuh dan menjadi masak dalam ruang-ruang interpersonal, sebagai wanita utuh yang punya makna tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar